Minggu, 18 April 2010

artikel pendidikan jasmani di sd

ARTIKEL
Strategi Mengajar Pend Jasmani di SD

A.latar belakang
Pendidikan jasmani sangat perlu diberikan kepada anak SD untuk kesehatan jasmaninya atau kebugaran badaniahnya.karena jika anak sehat jasmani maka anak mudah menangkap pembelajaran yang diberi GURU.

Pengembangan Pendidikan Jasmani yang tepat berdasarkan tiga prinsip :
1. Pengembangan ketrampilan gerak yang sesuai usia
2. Pengembangan ketrampilan gerak untuk ank-anak.
3. Variasi pengembangan gerak

MODEL KURIKULUM

Guru di Amerika biasanya memiliki kebebasan yang luas untuk mengembangkan kurikulum Pendidikan jasmani, meliputi penentuan tujuan dan sasaran, memilih dan menyesuiakan isi, memutuskan bagaimana penyampaian bagaimana siswa belajar. Setiap situasi mengajar menjadi unik, Di tiap sekolah, setiap guru tidak mungkin hanya memakai satu kurikulum. Berikut beberapa model dasar kurikulum yang dikembangakan untuk membantu siswa belajar Pendidikan Jasmani : tradisional, pendekatan gerak, Pendiidikan Kesegaran jasmani, Pendiidikan olahraga, Pendidikan petualangan dan alam terbuka, dan kurikulum pengembangan.

Guru membutuhkan pengetahuan kurikulum dengan beberapa alasan :
• Program berdasarkan prinsip pengembangan yang tepat.
• Siswa menegetahui dan meniru bagaimana gaya hidup yang sehat aktif.
• Program sesuai dengan tujuan dan sasaran.

Tradisional

Ø Partisipasi adalah kunci dari kurikulum model ini
Ø Aktivitas fisik yang dilakukan sangat luas
Ø Sasaran utama memberikan pengalaman gerak yang luas dan bervariasi meliputi olahraga team, olahraga individu, petualangan dan pengetahuan luar, permainan rekreasi, aktivitas drama, kesegaran, dan kegiatan di air.
Ø Karena luasnya materi maka waktu yang digunakan tiap materi sangat pendek.

Pendekatan gerak,
Ø Pendekatan tematik
Ø Pusat perhatian terhadap belajar gerak dan bagaimana membantu siswa mengembangkan potensi diri dalam aktivitas ritmik dan ketramolan senam.

Pendidikan Kesegaran jasmani
Ø Memperhatikan bagaimana kesegaran jasmani dapat dicapai dengan memfasilitasi dan bagaimana menentukan latihan yang tepat.
Ø Komponen yang terkai dengan ksehatan - kesegaran jasmani : kesegaran Cardiorepiraratory, kekuatan otot dan daya tahan., kelenturan, komposisi tubuh
Ø Guru membimbing bagaimana menjaga kesegaran jasmani dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu ( lama latihan), dan kehususan.

Pendidikan olahraga

Ø Mendidik anak melalui keikutsertaannya menjadi anggota team olaraga, mengambil keputusan yang tepat, serta berkompetisi.
Ø Siswa belajar menjadi pemain, wasit, dan pelatih.
Ø Kompetisi dan pencatatan menjadi sangat penting dalam model ini.
Ø Siswa memperoleh nilai -nilai "Fair Pay "

Pendidikan petualangan dan alam terbuka
Ø Aktivitas utama seperti panjat dinding, kano, dan aktivitas lain yang bersifat petualangan di alam bebas.
Ø Siwa memperoleh rasa percaya diri, dan belajar memecahkan masalah yang direncanakan
Ø Aspek perencanaan , manajemen, penggunan komunikasi menjadi sangat penting
Ø Kompetisi internasional atau nasional pada olahraga ekstrim popular pada siswa

Kurikulum pengembangan.
Ø Bentuk kurikulum yang berdasarkan banyak penelitian , bagaimana mengembangkan ketrampilan gerak anak
Ø Keputusan yang diambil menguntungkan anak dalam pengembangan individu.
Ø Pada tingkat bawah memperhatikan dasar ketrampilan gerak dan gerak berpindah, gerak tidak berpindah, memperhatikan obyek, dan keseimbangan.
Ø Pengembangan dari perencanaan berdasar potensi yan ada pada siswa.
Ø Tingakatan ketrampila gerak telah tersusun dari dasar, menengah, tingakat tinggi ( otomatisasi).

Setelah mengetahui beberapa model kurikulum, untuk menetapkan isi atau materi dari kurikulum kita tetapkan dahulu tujuan dan sasaran. Berdasarkan NASPE (1995) siswa yang ikut Pendidikan jasmani di sekolah dasar diharapkan memiliki kemampuaan :
1. Dapat melakukan beberapa daftar ketrampilan gerak di suatu bidang.
2. Dapat menerapkan konsep gerak dan prinsip belajar untuk mengembangkan ketrampilan gerak.
3. Menerapkan gaya hidup "fisik aktif".
4. Menjaga kesehatan pada level kesegaran jasmani.
5. Perubahan perilaku dan kepribadian pada akibat aktivitas fisik.
6. Menyampaikan pengetahuan dan perhatian terhadap perbedaan aktivitas fisik.
7. Mengetahui keuntungan melakukan aktivitas fisik, tantangan, ekspresi diri, dan interaksi sosial.

Dengan pertimbangan di atas maka pengembangan kurikulum tidak jauh dari konsep yang di jelaskan di atas, yaitu mengajarkan kerja sama, ketrampilan social, pengembangan kepribadian. Pengetahuan tentang "Fair Play", kejujuran, taat pada aturan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan kurikulum jelas mengarah pada sisi kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam bab ini kita ( Guru) akan banyak belajar mengenai bagamana kita bekerja merencanakan kurikulum.

KOMPONEN KURIKULUM

Pembahasan mengenai beberapa model kurikulum di atas membawa kami pada pemahaman bahwa kurikulum terdiri dari tiga komponen yaitu :

1. Tujuan
2. Isi/Materi
3. Strategi penyampaian.

Tujuan Kurikulum

Tujuan suatu kurikulum dapat kita bagi lagi menjadi Tujuan Nasional di tingakt negara, tujuan Institusional ditingkat sekolah atau lembaga, tujuan di tingkat unit mata pelajaran, dan tujuan harian. Standart NASPE

( standart nasional pendidikan jasmani ) mengambil langkah pemikiran bahwa siswa adalah pusat perhatian utama dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Pembelajaran pada masa yang akan datang setiap hari mengarah pada tiga ranah yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut petunjuk bagi guru untuk menyusun kalimat pada tujuan pembelajaran :

1. Tujuan berisi bagian -bagian perilaku yang harus dikuasai oleh siswa dan dapat diamati. Contoh : Ranah psikomotor menggiring, lompat, lempar.

2. Perilaku diatas dapat didefinisikan serta terukur. Contoh : menangkap bola dari jarak 50 m, berbeda dengan : melempar bola dari jarak 10 m, penjelasan ini penting karena terkait dengan tingkat kesulitan.

3. Kriteria kemampuan pada prestasi penampilan gerak harus dapat di jelaskan. Prestasi penampilan gerak dapat bersifat subjektif maupun objektif yang jelas kedua hal ini sama pentingnya. Contoh untuk criteria ini :
Tanpa kehilangan kontrol siswa menggiring bola sejauh 10 m, dan kembali lagi menggunkan tangan yang dominan dan ikuti penjelasan berikut
v Pandangan ke depan
v Lutut sedikit di tekuk
v Siku menutup badan
v Kekuatan pada jari tangan yang digunakan

Guru dapat mempersingkat tujuan seperti diatas dengan kalimat siswa menggiring bola bolak balik jarak 10 m, gunakan tangan dominan, dengan performa (prestasi gerak) yang baik.

Isi atau Materi Kurikulum

Isi kurikulum pendidikan jasmani harus mempertimbangkan beberapa faktor dibawah ini :
• Tujuan dan sasaran pendidikan jasmani di sekolah masing-masing.
• Kondisi lingkungan serta budaya yang berpengaruh.
• Ukuran kelas ( Jumlah siswa)
• Kemampuan siswa
• Alat peraga dan sarana- prasarana
• Perencanaan kelas
• Kesukaan, ketidaksukaan, kekuatan ( potensi), kelemahan.

Faktor - faktor diatas memunculkan berbagai pertanyaan kalau kita lihat kenyataan apa yang terjadi di lapangan, apakah dalam mengajar selama ini kita sudah memperhatikan potensi atau kekuatan siswa, berapakali seminggu pendidikan jamani dilakukan, apa alat dan fasilitas yang kita gunakan sudah memberi rasa aman, dan masih banyak pertannyaan lain. Jelasnya pendidkan jasmani idealnya dilakukan lima kali tiap minggu, dengan durasi 30 menit tiap kelas, dengan berbagi perencanaan dalam mengatur alat dan fasilitas yang ada. Dua pertemuan di ajar guru khusus pendidikan jasmani dan 3 pertemuan di ajar guru kelas.
Saya sulistiyono, S.Pd setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.


Artikel:
Membangun Karakter Guru SD melalui Budaya ICT

Judul: Membangun Karakter Guru SD melalui Budaya ICT
Bahan ini cocok untuk Sekolah Dasar bagian PENGEMBANGAN TIK.
Nama & E-mail (Penulis): Dr. Deni Darmawan, S.Pd.,M.Si
Saya Dosen di Universitas Pendidikan Indonesia
Topik: Budaya ICT
Tanggal: 31 Mei 2008
Membangun Karakter Guru SD melalui Budaya ICT

Oleh: Deni Darmawan

Perubahan Ke Arah Positif

Perubahan kadang bisa merubah budaya yang ada, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika kita telaah biasanya perubahan ke arah yang positif seakan berat dirasakan apalagi untuk merubah kondisi yang ada sebelumnya, sebaliknya perubahan ke arah yang negatif kadang tak terasa dan dengan mudah cepat merubah kondisi yang ada menjadi lebih parah. Inilah yang kadang menjadi penyakit bagi kemajuan suatu bangsa, golongan dan bahkan individu tertentu. Jika ini dibiarkan maka akan tercipta suatu budaya yang memang demikian, sehingga bangsa ini dalam berbagai bidang pembangunan akan sulit untuk berhasil terlebih dalam bidang pendidikan yang terus dituntut untuk selalu mampu memberikan layanan bagi generasi bangsa ini secara inovatif.

Namun demikian kita yakin bahwa secara jujur kegagalan dan ketertinggalan yang sekarang kita alami diasumsikan karena adanya indikasi bahwa budaya kegagalan yang seharusnya hanya sebagai guyonan di atas justru masih kita menganutnya dan tumbuh secara mendarah daging pada diri kita. Untuk mengikisnya atau menggeser budaya tersebut memang akan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Namun kita yakin dengan bergulirnya waktu tentunya semua pihak terus bergerak mencari solusi pemecahan agar budaya yang tumbuh adalah budaya yang justru kita inginkan bersama. Inilah yang selama ini telah dilakukan dalam proses pembangunan di bidang pendidikan. Dalam prakteknya ini merupakan tanggung jawab bersama baik secara kelompok bahkan institusi, mulai dari level atau jenjang paling bawah hingga level pengambil kebijakan.

Sebagaimana yang telah dicoba oleh Dirjen PMPTK (Penjamin Mutu Tenaga Pendidik dan Kependidikan) yang telah bekerjasama dengan Seamolec sebagai fasilitator terbentuknya konsorsium pertama yang beranggotakan 10 universitas di Indonesia, termasuk di alamnya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hingga sekarang usia konsorsium pelaksana penyelenggaraan program sertifikasi dan peningkatan kualitas lulusan tenaga pendidik di level pendidikan dasar ini sudah berusia 2 tahun. Program layanan sertifikasi dan peningkatan kualifikasi tenaga pendidikan untuk level pendidikan dasar yang telah dilakukan oleh UPI yaitu dalam bentuk layanan perkuliahan melalui adopsi sistem dan teknologi pembelajaran jarak jauh yang dikenal dengan PJJ online. Karena yang menjadi saran adalah guru-guru SD di Kab/Kota yang belum S1 maka program ini biasa disebut dengan Program PJJ Online PGSD S1.

Hingga sekarang jumlah mahasiswa program ini telah mencapai 300 orang yang terbagi ke dalam dua angkatan yaitu anggkatan 2006/07 dan 2007/08. Jumlah mahasiswa ini tersebar dalam 8 Kab/Kota yaitu: Kab Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Sumedang, Kab. Bandung, Kota Bandung, Kab. Cianjur dan Kab. Sukabumi. Pada usia yang ke-2 tahun ini maka maka setidaknya sudah pantas untuk dievaluasi secara internal maupun eksternal. Tegasnya bahwa sebelum dievaluasi oleh orang lain maka sudah selayaknya kita terlebih dulu mengevaluasi diri sendiri. Sudahkan UPI sebagai anggota konsorsium yang memiliki tugas sebagai pelaksana atau penyelenggara sistem pembinaan dan perkuliahan bagi para pendidik di daerah telah berhasil mewujudkan budaya perubahan ke arah yang positif secara lebih cepat atau perubahan tersebut memang masih belum terwujud. Secara kelembagaan tentunya UPI yang didukung SDM dengan kompetensi yang memadai tidak ingin hal ini menjadi suatu kegagalan ditengah jalan. Namun untuk mewujudkan keberhasilan ini perlu dukungan kebersamaan dan kesadaran semua pihak khususnya individu guru-guru sekolah dasar itu sendiri yang menjadi mahasiswanya.

Budaya ICT Guru

Melalui proses perkuliahan yang dikembangkan sedemikian rupa, mulai dari pembekalan keterampilan dasar Ict yang sangat mendadak dan waktu yang sangat pendek memang menjadi tantangan bagi para pengelola demikian juga bagi mahasiswa yang mayoritas adalah guru sekolah dasar dari 8 Kab/Kota yang berusia rata-rata di atas 40 tahun dapat dikatakan sebagai suatu pemutarbalikan era teknologi informasi dan komunikasi di tahun 80-an. Pada rentang tahun itulah rata-rata guru yang harus menempuh perkuliahan dengan sistem PJJ Online sekarang ini memiliki masa-masa tingkat kecepatan dan ketajaman berpikir dan menangkap sesuatu yang baru dengan cepat, dan berbeda 180 derajat jika hal itu dirasakan sekarang.

Terlebih masalah budaya dan sudah menjadi kebiasaan rutin setiap hari yang sangat sulit untuk dirubah dengan segera, dan ini ternyata menjadi tantangan khusus bagi para dosen dan pengelola program PJJ S1 PGSD Online ini. Boleh dikatakan budaya ICT dimungkinkan hanya sekitar 0,2% dari 300 guru yang menjadi mahasiswa ini bahkan sekitar 65% guru belum pernah mengetik dengan komputer sekalipun apalagi mengenal dunia internet. Namun melalui 2-3 kali pembekalan khusus keterampilan komputer pengolah kata, pengolah angka, dan keterampilan dasar internet, mulai dari pendaftaran e-mail address yang dilakukan tim dosen selama proses resindesial, akhirnya keterbukaan wawasan dan cakrawala guru terhadap dunia ICT sudah mulai terbuka. Satu persatu mereka mampu menunjukkan keterampilan yang diharapkan.

Penguasaan keterampilan internet ini merupakan harga mati dan ini boleh dikatakan sebuah suatu tantangan tersendiri bagi seluruh mahasiswa PJJ S1 PGSD Online UPI ini. Tantangan tersebut ternyata bisa dipecahkan melalui perubahan kebiasaan atau budaya sebelumnya, hari-demi hari dan minggu demi minggu bapak dan ibu guru dari daerah ini mulai terbiasa mengunjungi warnet-warnet dan ICT Center yang berada di Kab/Kota masing-masing untuk melayani mahasiswa agar bida melakukan akses internet demi jalannya proses perkuliahan secara online.

Hingga pada tahun kedua ini ternyata budaya akses internet hingga tingkat kepemilikan sebuah flash disk mulai tumbuh dengan pesat di kalangan mahasiswa PJJ ini. Dalam pertemuan atau Tutor kunjung yang sudah beberapa kali dilakukan oleh dosen dan para pengelola maka melalui analisa kompetensi mahasiswa dalam penguasaan bidang ICT ini boleh dikatakan sudah lebih baik, dan dapat dikatakan Budaya ICT sudah dimiliki oleh mahasiswa PJJ ini. Indikator mulai tumbuhnya budaya ICT dikalangan guru-guru pilihan ini misalnya dapat dipancing melalui obrolan ringan dan lugu di mana beberapa guru yang sudah berusia sekitar 50 tahunan menanyakan pengalamannya melakukan hosting dan Browshing, atau chatting, di mana istilah-istilah ini biasa kita dengar dikalangan mahasiswa reguler usia 16-27 tahun.

Ketika mengedengar kata-kata itu dari guruyang menjadi mahasiswa PJJ S1 PBSD Online tadi maka mendengarnya mungkin cukup unik tapi membanggakan. Ternyata diusia senja guru-guru Sekolah Dasar dari 8 Kab/Kota ini mampu bersaing dalam penguasaan ICT dengan komunitas lainnya yang barangkali lebih muda usia dan jam terbangnya. Setidaknya dari best Practice ini maka guru-guru tersebut akan mampu membangun suatu budaya baru dalam profesinya, bukan hanya untuk kepentingan perkuliahan saja, akan tetapi dalam menunaikan tugas-tugas kesehariannya sebagai guru di sekolah dasar diharapkan mampu menerapkannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya masing-masing.

Kebiasaan-kebiasaan baru inilah dapat diyakini bahwa budaya baru yaitu "Budaya ICT" di kalangan guru sekolah dasar akan terbangun. Jika budaya sudah terbangun maka karakter individu gurupun akan terbentuk dengan sendirinya. Maka inilah yang diharapkan oleh semua pihak.

Lebih Unggul dari Provinsi Lain

Jika boleh penulis bandingkan kecepatan dalam merubah dan membangun budaya ICT di kalangan mahasiswa PJJ S1 PGSD Online UPI yang 100% adalah guru-guru SD dengan usia lanjut ini ternyata lebih unggul daripada mahasiswa dari provinsi lain yang diselenggarakan oleh 9 Universitas pada keanggotaan konsorsium awal. Hal ini sebagaimana telah disampaikan dalam Acara Vicon (Video Conference) di Kampus Institut Teknologi Bandung (Jum'at 26 April 2007) telah dilakukan bersama Dirjen PMPTK dan Pengelola PJJ S1 PGSD Online Tingkat Nasional yaitu perwakilan Seamolec untuk Indonesia dalam hal ini adalah Universitas Terbuka dan Pustekom.

Jika penulis simak dari diskusi selama Vicon tersebut berlangsung dapat ditarik kesimpulan bahwa di dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang terbesar dalam penggunaan Teknologi Informasi dalam bidang pendidikan, sebagaimana contohnya untuk meningkatkan kompetensi guru SD maka dalam jangka 10 tahun akan dicetak 2,3 juta guru yang harus menguasai ICT dengan baik. Dengan melalui sistem Tutorial Online maka layanan akses pembelajaran jarak jauh oleh total anggota konsorsium penyelenggaran PJJ PGSD S1 online yang sudah berjumlah 23 Universitas ini akan mampu mewujudkan target tersebut.

Khusus untuk UPI maka untuk tahun kedua ini akan segera melakukan proses MoU dengan ICT Center di masing-masing Kab/Kota yang selama ini telah menjalin kerjasama proses perkuliahan untuk mahasiswa angkatan pertama (tahun pelajaran 2006/07) dan Angkatan ke-2 (tahun pelajaran 2007/08). Adapun ICT center tersebut diantaranya adalah Ict Center Kab. Garut beralamat di SMK 2 Tarogong yang sudah berstandar Internasional, ICT Center Sumedang beralamat di SMK PGRI, ICT Center Kota Bandung dan Kab. Bandung yang beralamat di SMK 4 Kota Bandung, ICT Center Kab. Sukabumi beralamat di Yayasan Tarbiyah Islamiah (YASTI), dan ICT Center Kab. Cianjur yang beralamat di SMK1 Cianjur.

Dengan demikian UPI sebagai Universitas Pendidikan yang diberi tugas dalam membangun kualitas guru sekolah dasar melalui penyelengaraan PJJ PGSD S1 Online yang bekerjasama dengan ICT Center Kab/Kota ini akan mampu menuntaskannya dengan baik. Sehingga perwujudan Karakter Guru SD yang menguasai bidang ICT bisa tercapai pula dengan cepat. Pada Akhirnya budaya ICT akan tumbuh sebagai budaya baru para guru sekolah dasar yang mampu mempercepat perubahan-perubahan positif lainnya, khususnya di lingkungan sekolahnya masing-masing.
Saya Dr. Deni Darmawan, S.Pd.,M.Si setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di E-Majalah.Com dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

Artikel:
Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa

Judul: Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.
Nama & E-mail (Penulis): Adrian
Saya Mahasiswa di S-3 PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Topik: Metodologi Pengajaran
Tanggal: 20 Oktober 2004
Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa *)
Oleh : Adrian **)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar.

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah untuk menulis dan menguraikannya sehingga makalah ini penulis beri judul "Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa".

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbul masalah-masalah sebagai berikut :

1. Benarkah pendidikan dapat menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pengajaran ?

2. Adakah Interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) ?

3. Apakah komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ?

4. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

5. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

6. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

7. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

8. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus maka penulis batasi pada point 4,5,6,7 dan 8 dari identifikasi masalah di atas yaitu :

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, Identifikasi dan batasan masalah maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah tipe belajar siswa berbeda-beda ?

2. Apakah pendidik perlu mengenal tipe belajar siswa ?

3. Apakah tipe belajar siswa perlu di observasi ?

4. Apakah pendidik perlu memiliki berbagai macam metode mengajar ?

5. Apa hubungan metodologi mengajar dengan tipe belajar siswa ?

E. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagi para pembaca, bahwa betapa pentingnya metodologi mengajar dikuasai oleh pendidik, dan diusahakan metodologi yang dimiliki pendidik pada saat praktek disesuaikan dengan tipe belajar siswa, sehingga diharapkan materi yang kita sampaikan terekam dan tercerna oleh peserta didik, dan dapat ditunjukan oleh mereka pada sikap dan prilaku dalam kesehariannya.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Pengertian Tipe

Tipe : sikap, gerak, gerik, lagak yang menandai ciri seseorang, atau gerakan tertentu yang diatur untuk menarik perhatian orang lain.

2. Pengertian Belajar

² Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.

² Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.

² Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.

² Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.

² Hudgins Cs. (1982) berpendapat Hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .

² Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.

² Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.

3. Pengertian Siswa / Peserta Didik

² A person registrered in an education and pursuing a course of study (Seseorang yang terdaftar pada sebuah lembaga pendidikan dan mengikuti suatu jalur studi). Asa S. Knowles, Editor-in-Chief, The International Encyclopedia of Higher Education, Volume 1, 1977.

² A student is a man or woman, who knows how tp read books. (Seorang peserta didik adalah seorang pria atau wanita yang mengetahui cara membaca buku-buku). The Future of The Indian University

² Peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan (Aminuddin Rasyad, 2000 : 105)

² Peserta didik atau siswa atau murid atau terdidik.

Siapa dan bagaimana peserta didik itu ?

1) Peserta didik sebagai individu / pribadi ( manusia seutuhnya ) :

Individu ini diartikan "Seseorang yang tidak bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat dan keinginan sendiri ( Abu Ahmadi, 1991 ; 39 )

Untuk itu peserta didik harus dipandang secara filosofis, yaitu menerima kehadiran keakuannya, keindividuannya, sebagaimana mestinya ia ada ( eksistensinya ).

2) Peserta didik menurut tahap dan perkembangan umur

a. 0 - 7 tahun masa kanak-kanak

masa kanak-kanak adalah masa mulai bermain, berkawan, berkomunikasi dengan dunia luar.

b. 7 - 14 tahun masa sekolah

pada usia-usia 12 tahunan biasanya siswa memasuki masa kritis, dimana pendidik harus lebih memperhatikan dan memberi pengertian, serta bimbingan.

c. 14 - 21 tahun puberitas

masa puberitas terbagi tiga :

a) Masa pra puberitas : wanita 12 - 13 th Laki-laki 13 - 14 th

b) Masa puberitas : wanita 13 - 18 th Laki-laki 14 - 18 th

c) Masa adolesen : wanita 18 - 21 th Laki-laki 18 - 23 th

3) Peserta didik menurut status dan tingkat kemampuan.

Kata status disini diartikan dengan keadaan peserta didik dipandang secara umum dalam kemampuannya ( kecerdasannya ).

Kemampuan peserta didik dapat digolongkan 3 kelompok :

a. Peserta didik super normal

b. Peserta didik normal

c. Peserta didik sub normal

Untuk lebih rincinya lihat skema dibawah ini :

Genius IQ 140 keatas
Super normal Gifted IQ 130 - 140
Superior IQ 110 - 130
Normal dan Normal IQ 90 - 110
Derajat mental Sedikit di bawah
Normal Sub Normal /
Berdoline IQ 70 - 90
Debil IQ 50 - 70
Sub normal Insibil IQ 25 - 50
Idiot IQ 20 - 25

4. Pengertian Tipe Belajar Siswa

Dari pengertian-pengertian yang penulis uraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe belajar siswa adalah suatu sikap atau lagak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri dengan mempergunakan alat indranya.

5. Pengertian Metodologi

Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.

6. Pengertian Mengajar

² Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ".

² Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah . a way working with students ... A process of interaction . the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

² Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah " . suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".

² Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

² Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :

a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.

b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.

c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.

Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercaqpai.

7. Pengertian Metodologi Mengajar

Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

B. Metode Mengajar

Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :

1. Metode Ceramah (Preaching Method)

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif

b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.

f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan

b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

3. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .

c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :

1). Penyampaian materi oleh guru.

2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.

3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

5. Metode resitasi ( Recitation method )

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :

a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.

b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :

a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.

b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

6. Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

7. Metode Karya Wisata ( Study tour method )

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.

d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.

e. Biayanya cukup mahal.

f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.

b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.

c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.

C. Perbandingan Ciri Khas Metode Mengajar

Metode Sifat Materi Tujuan Keunggulan Kelemahan

CeramahDemonstrasiDiskusi Informatif, faktualPrinsipal,faktual,keterampilanPrinsipal, konseptual, keterampilan Pemahaman PengetahuanPemahaman aplikasiPemahamanAnalisis, sintesis,Evaluasi, aplikasi Lebih banyak materi yang tersajiSiswa berpengalamanDan berkesan mendalam.Siswa aktif, berani dan kritis Siswa pasifLebih banyak alat dan biayaMemboroskan waktuDidominasiSiswa yangpintar

Metode mengajar yang dimiliki pendidik usahakan divariasikan, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin. Bagaimana agar yang kita harapkan itu menjadi kenyataan ? Salah satu solusinya adalah pendidik disamping menguasai beberapa metode mengajar, harus tahu juga tipe belajar para siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar pendidik dengan tipe belajar peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam megajar telah disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar siswa visual, maka akan lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar dengan slide, makalah, atau digambarkan langsung di papan tulis. Untuk itu mari kita lihat beberpa tipe belajar siswa .

D. Beberapa Tipe Belajar Siswa

Mengetahui tipe belajar siswa membantu guru untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa.

Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :

1. Tipe Belajar Visual.

Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :

² Bicara agak cepat

² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

² Tidak mudah terganggu oleh keributan

² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

² Lebih suka membaca dari pada dibacakan

² Pembaca cepat dan tekun

² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

² Lebih suka musik dari pada seni

² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

² Mengingat dengan Asosiasi Visual

2. Tipe Belajar Auditif.

Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.

Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri

² Penampilan rapi

² Mudah terganggu oleh keributan

² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

² Biasanya ia pembicara yang fasih

² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

² Berbicara dalam irama yang terpola

² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3. Tipe Belajar Kinestetik.

Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :

² Berbicara perlahan

² Penampilan rapi

² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

² Belajar melalui memanipulasi dan praktek

² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita

² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

² Menyukai permainan yang menyibukkan

² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu

² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

4. Tipe Belajar Taktil.

Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.

Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)

5. Tipe Belajar Olfaktoris.

Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.

Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium

6. Tipe Belajar Gustative.

Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.

7. Tipe Belajar Kombinatif.

Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.

Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa

b. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, perhatikan bagan di bawah ini :

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa

1. Aspek Fisiologis :- Tonus Jasmani- Mata dan telinga2. Aspek Psikologis- intelegensi- sikap- minat- bakat- motivasi 1. Lingkungan Sosial- keluarga- guru dan staf- masyarakat- teman2. Lingkungan Nonsosial- rumah- sekolah- peralatan- alam 1. Pendekatan Tinggi- speculative- achieving2. Pendekatan Sedang- analitical- deep3. Pendekatan Rendah- reproductive- surface

G. Hubungan Metodologi Mengajar Dengan Tipe Belajar

Beberapa metode mengajar yang telah penulis uraikan di atas sebaiknya dikuasai dan divariasikan oleh pendidik, dengan tujuan pada saat mengajar dipraktekkan langsung, agar siswa yang terdiri dari bebrapa tipe belajar tersebut dapat menyimak, menerima, mencerna dan mengerti, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya perubahan tingkah laku yang positif yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, wawasannya lebih luas, tutur katanya lebih sopan serta gaya hidupnyapun lebih intelek.

Metode mengajar jelas erat hubungannya dengan tipe belajar peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar yang baik adalah apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Untuk itu maka pendidik harus dapat menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, menggairahkan dan membuat siswa antusias untuk belajar. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bagaimana cara menciptakannya ?. Perhatikan tipe belajar terbanyak dari siswa yang kita ajar. Jika tipe belajar tebanyak adalah bertipe belajar auditif, maka kita akan tepat jika menggunakan metode ceramah atau mendengarkan kaset, tetapi diselingi juga dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), dapat juga dengan memutarkan filmnya agar siswa dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan peserta didik dalam kelas yang tipe belajarnya beragam itu, dapat menyimak, memperhatikan , sehingga terjadilah proses belajar mengajar dan terdapat interaksi dari keduanya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bahwa ini :

seorang peserta didik baru saja menerima sebuah bingkisan hadiah berupa kotak, setelah peserta didik membukanya, ternyata kotak itu berisi rumah boneka Barbie dalam keadaan terurai terdiri dari 25 bagian yang terpisah-pisah dilengkapi dengan buku petunjuk setebal 20 halaman untuk membantu peserta didik dalam merangkai rumah Barbie tersebut.

¨ Bagaimana peserta didik mengatasi hal ini ?

¨ Apakah peserta didik membaca buku tersebut serta bingung dan tidak jelas sampai ia melihat ilustrasinya dan mulai menyambung bagian-bagiannya ?

¨ Ataukah sebaliknya, peserta didik merasa bingung dengan rangkaian bagian-bagian itu ? Tetapi setelah peserta didik membaca buku petunjuknya semuanya menjadi sangat jelas?

v Jika peserta didik membaca ilustrasi dan akhirnya menjadi jelas bagi peserta didik, maka kemungkinan besar peserta didik tergolong pelajar Visual.

v Karena pendidik tahu tipe belajar siswa yaitu bertipe belajar visual, maka alangkah baiknya pendidik menjelaskan materi dengan metode ceramah, dengan menggunakan slide atau dengan menggunakan modul.

v Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan dalam merangkai bagian-bagian tersebut melalui buku petunjuk ataupun melalui gambarnya, kemudian peserta didik menelpon temennya yang membaerikan hadiah tadi dan menjelaskannya melalui telepon bagaimana cara merankainya dan akhirnya menjadi jelas, maka ini berindikasi bahwa peserta didik tergolong pelajar auditif.

v Karena peserta didiknya bertipe belajar auditif, maka sebaiknya pendidik pada saat mengajar menggunakan metode ceramah, memutarakan kaset, atau divariasikan antara metode ceramah dengan tanya jawab.

v Jika terlihat peserta didik dalam memulai penyelesaian dengan bagian-bagian tersebut secara fisik, mungkin peserta didik tergolong pelajar taktil. Dalam hal ini pendidik harus banyak menggunakan metode demonstrasi disamping metode ceramah atau divariasikan dengan metode latihan keterampilan.

III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.

2. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik, melalui observasi agar pendidik dapat menyesuaikan metode apa yang akan diterapkan pada saat mengajar.

3. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya : lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang tua, dan sebagainya.

4. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan sebagainya.

B. Saran

1. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar siswa agar apa yang disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh peserta didik.

2. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.

3. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.

4. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.

* ) Materi ini pernah disampaikan pada Diskusi Mahasiswa Program Pascasarjana
UHAMKA angkatan 8.
** ) Penulis adalah Mahasiswa S-3 Pada PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Angkatan IV Tahun 2004..
Saya Adrian setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

Sepintas, pernyataan “mengajar anak balita membaca” rasanya seperti mengada-ada. Betapa tidak, jangankan anak usia di bawah 5 tahun (balita), untuk mengajar membaca pada anak yang sudah memasuki usia sekolah (SD) saja bukanlah pekerjaan yang mudah bagi guru, begitu pula bagi orang tua saat mengajar si anak membaca permulaan. Selanjutnya anak yang sudah melewati kelas 4 SD pun masih ada yang belum lancar membaca.

Mengajar anak — apalagi masih usia dini atau balita — Belajar Membaca perlu kesungguhan dan kesabaran dari pihak guru maupun orangtua. Walau demikian kondisinya, masih banyak orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Kurang banyaknya peran orangtua bukanlah alasan bagi guru untuk tidak mencari upaya menolong anak agar cepat bisa membaca dengan lancar. Tentu menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru tetap belajar dan menambah wawasannya dengan berbagai cara.

Orangtua pun sebaiknya ikut belajar bagaimana caranya agar anak cepat bisa membaca dengan baik. Kalau sudah bisa membaca, hendaknya juga bisa menjadikan buku sebagai kebutuhan rutin yang diberikan kepada anak. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal pendidikan anak (apalagi balita) adalah orangtua atau keluarga.

Buku-buku yang memuat hasil temuan, teori-teori, atau teknik-teknik pembelajaran sepantasnyalah menjadi “santapan” bagi guru. Kalau tidak, mutu pendidikan kita akan terus merosot sebagai akibat dari kurangnya minat baca para guru. Bagi guru, membaca buku-buku itu tentu bisa dijadikan ajang untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kompetensinya dalam kegiatan belajar-mengajar. Bagi orangtua, tampaknya pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menumbuhkan minat-baca anak pada usia dini. Kalau minat Belajar Membaca anak sudah tumbuh dengan baik tinggal mengarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya.

Bukan Mengeja

Sehubungan dengan itu, ada teori yang layak diketahui oleh guru dan orangtua. Glenn Doman mendapatkan teori dari banyaknya ia berkecimpung membantu anak-anak yang mengalami kerusakan otak. Hasil penelitiannya ternyata juga dapat diterapkan untuk membuat anak normal menjadi lebih cerdas. Salah satunya, mengajarkan keterampilan membaca untuk anak balita atau anak di bawah 5 tahun.

Menurut Glenn, membaca sudah dapat diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3 tahun lebih mudah daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin mudah untuk diajar — tentu dalam batas anak mulai bisa bicara.

Glenn juga berpendapat, balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur anak, semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi anak adalah sesuatu yang mengasyikkan. Karena belajar mengasyikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.

Menurut Glenn, mengajar balita membaca bukan dengan mengeja seperti cara konvensional di sekolah — dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata, akhirnya kalimat. Glenn berteori, mengajar balita membaca adalah dengan cara mengenalkan satu kata yang bermakna dan kata itu sudah akrab pada pikiran anak atau sudah sering didengar dalam keseharian.

1 komentar: